Bendera Amerika Serikat dan Tiongkok. (Alex Plavevski, EPA-EFE/file)
Singapura: Hubungan antara Amerika Serikat dan Tiongkok yang semakin tegang dikabarkan akan menjadi fokus pembahasan dalam pertemuan puncak Dialog Shangri-La ke-20. Acara yang menyoroti soal keamanan wilayah ini akan diadakan di hotel Shangri-La Singapura, Orchard Road, pada hari Jumat hingga Minggu besok.
Melansir dari The Straits Times, Jumat, 2 Juni 2023, lebih dari 550 delegasi dari lebih dari 40 negara akan hadir di forum tiga hari tersebut. Ini pun termasuk Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin dan Menteri Pertahanan Tiongkok Li Shangfu.
Perdana Menteri Australia Anthony Albanese diketahui akan memberikan pidato utama. Adapun, Perdana Menteri Estonia Kaja Kallas dan Presiden Timor-Leste Jose Ramos-Horta yang akan menyampaikan pidato juga.
Pembicara lainnya termasuk Menteri Pertahanan Ukraina Oleksii Reznikov, kepala pertahanan Inggris, Jerman, Indonesia, Jepang dan Korea Selatan, serta kepala staf angkatan bersenjata Filipina.
Menjelang pertemuan tahun ini, pengamat politik telah mengantisipasi kemungkinan pertemuan antara kepala pertahanan AS dan Tiongkok di sela-sela KTT. Ini pun mengingatkan forum 2022 yang menampilkan pertemuan pertama antara Austin dan Menteri Pertahanan Tiongkok saat itu, Jenderal Wei Fenghe.
Namun, Jenderal Li yang menjadi kepala pertahanan baru Beijing telah menolak permintaan AS untuk bertemu. Kementerian Pertahanan Tiongkok menyalahkan AS karena menciptakan “rintangan” yang merusak kepercayaan dan menghambat upaya untuk meningkatkan komunikasi antara kedua kekuatan.
Austin pun menyayangkan penolakan Jenderal Li. Ia mengatakan akan menyambut setiap kesempatan untuk terlibat dengan rekan Tiongkok.
Profesor ilmu politik di Universitas Nasional Singapura, Dr Chong Ja Ian, mengatakan kurangnya pertemuan bilateral formal tahun ini menunjukkan hubungan "tidak nyaman dan bahkan tegang" antara kedua kekuatan.
"Namun, bahkan dengan pertemuan, terobosan tidak mungkin. Beberapa pengaturan untuk terus berbicara sementara gesekan tetap akan menjadi hasil yang paling mungkin,” ujarnya.
Sementara itu, pemimpin kantor Asia IISS yang menyelenggarakan Dialog Shangri-La, James Crabtree, menuturkan bahwa AS dan Tiongkok menghadapi kebingungan dalam mengungkapkan visi yang berbeda secara mendasar. Terlebih, kata Crabtree, kedua negara itu tidak tahu bahwa peran komunikasi harus dimainkan dalam hubungan kekuatan besar
"Dilihat dari Washington, komunikasi paling dibutuhkan selama krisis. (Namun) pandangan Beijing hampir persis sebaliknya," tulis Crabtree dalam artikel The Straits Times yang diadaptasi dari analisis untuk IISS.
"Tiongkok menganggap komunikasi sebagai sesuatu yang harus terjadi ketika hubungan baik. Jika masalah berjalan ke selatan, memotong saluran komunikasi adalah cara mudah untuk menunjukkan ketidaksenangan,” sambungnya.
Diketahui, pertemuan Dialog Shangri-La didirikan di tahun 2002 sebagai platform untuk memfasilitasi diplomasi langsung di antara pejabat tinggi pertahanan global. Umumnya, acara ini melibatkan pidato, debat, dan pertemuan pribadi di sela-sela KTT.
Acara tahunan ini pun sempat dibatalkan pada tahun 2020 dan 2021 karena kondisi pandemi virus Corona. (Arfinna Erliencani)